Tentara Nasional
Indonesia (TNI) mengambil sikap keras terhadap klaim teritorial Tiongkok atas Laut
Tiongkok Selatan. Saat itu Indonesia yang diwakili oleh menteri Luar Negeri,
Marty Natalegawa berusaha menghindari keterlibatan negara dalam persengketaan
tutorial antara China dan para tetangganya dalam hal kedaulatan atas terumbu
karang dan pulau-pulau kecil diwilayah tersebut. Laut China Selatan menjadi
titik utama persengketaan antara “China dan Taiwan”–ada beberapa negara yang mempunyai
persoalan yang sama dengan China mengenai klaim Laut China Selatan yaitu
Brunai, Malaysia, Filiphina, dan Vietnam.
Permasalahan dua klaim
atas Laut China Selatan ini semakin memanas. Jika konflik China-Taiwan pecah
atas Laut China Selatan akibat interpretasi “Nine-Dash Line” pada peta China, memberi klaim terhadap 90 persen wilayah
perairan dari laut seluas 3,5 juta kilometer persegi atau sekitar 1,35 juta mil
persegi. China menyertakan bagian-bagian pulau Natuna dalam “Nine-Dash Line” sedangkan Pulau Natuna
termasuk bagian Provinsi Kepulauan Riau.
Pada permasalahan
tersebut Indonesia mendukung kebijakan tanpa perang. Tindakan ini diwujudkan
oleh TNI mendukung retorikanya. Menurut Richard E.
Young cs, Retorika
adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata
secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertian dan kerjasama.
dengan peningkatan penugasan aparat militer diwilayah tersebut baik diudara
maupun Laut China Selatan. Pada tanggal 12 Maret 2014, Laksamana Fahru Zaini
seorang pejabat pertahanan senior Indonesia berkata bahwa China telah mengklaim
perairan Natuna sebagai perairan teritorial mereka. Klaim arbitrasi ini
berhubungan dengan persengketaan mengenai Kepulauan Spratly dan Paracel
diantara China dan Filipina. Persengketaan ini akan berdampak besar terhadapa
keamanan diperairan Natuna”. Namun pernyataan yang berbeda justru dikemukakan
oleh Natalegawa. Beliau masih berpegang teguh pada kebijakan lamanya untuk
bekerja sama dengan China dan berusaha menghindari konflik dengan Beijing.
Peningkatan penjagaan
di wilayah Natuna dipicu karena Natuna merupakan pulau yang memiliki kekayaan
laut yang luar biasa melimpah. Kakayaan lautnya sering dijarah oleh para
nelayan asing berkapal pukat. Di bawah zona ekonomi eksklusifnya adalah
lapangan gas Natuna Timur yang merupakan salah satu cadangan gas terbesar
didunia yang tak terjamah serta setiap sengketa atas Natuna juga akan
mengganggu keseimbangan stategis dan meremehkan Indonesia sebagai penengah
dalam sengketa antara negara tetangga di Asia Tenggara.
Menteri Luar Negeri
mengatakan bahwa tidak ada masalah
dengan China mengenai status Natuna. Pada April 2014, Panglima Jenderal
Moeldoko menuduh China memasukkan bagian-bagian dari pulau Natuna pada “Nine-Dash Line”untuk mengklaim sekitar
90 persen dari laut China Selatan. Melihat adanya perbedaan persepsi antara
pihak Kementrian Luar Negeri dan TNI mengenai persengketaan antara China dengan
para negara tetangganya mengenai klaim Laut China Selatan yang melibatkan
Natuna membuat publik semakin resah dan khawatir akan status Natuna yang
merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Sebaiknya kedua belah pihak
saling bersinergi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Kedewasaan bangsa
Indonesia dalam menghadapi permasalahan nasional dan internasional akan
menambah kepercayaan negara lain untuk melibatkan Indonesia dalam menangani sengketa
antara China dengan negara tetangganya. Sehingga Indonesia dapat memposisikan
diri sebagai penengah (pihak netral) antara China dan para negara tetangganya
(Taiwan, Brunai, Filipina, Malaysia, Vietnam) bukan sebagai negara yang
mendukung maupun menentang hak teritorial China terhadap Laut China Selatan.
Kekhawatiran publik
terhadap persengketaan ini tidak berhenti sampai disini karena empat unit kapal
perang Amerika Serikat dengan kemampuan tempur dan manuver yang sangat tinggi
rencananya akan beroperasi di daerah pesisir Asia Tenggara. Penempatan Armada
ini dilakukan paling lambat tahun 2018. Hal ini disampaikan perwakilan militer
AS yang berada diatas kapal USS Fort Worth untuk merespon China yang agresif
menebar kekuatab tempur di Laut China Selatan dan semenanjung Korea. Kontingen
pertama kapal tempur AS tiba pada Mei 2017. Tugas mereka adalah mengamankan
wilayah pesisir Singapura. Artinya, ruang operasi kapal-kapal AS akan sangat dekat
dengan wilayah Indonesia. Penempatan Armada kapal yang sangat dekat dengan
wilayah Indonesia dapat mengganggu stabilitas negara Indonesia terutama dalam
pejagaan wilayah perbatasan perairan.
Sumber:
Reuters.2014.Kepulauan natunaDikhawatirkan Terseret
Sengketa Laut China Selatan. .http://m.voaindonesia.com/a/kepulauan-natuna-dikhawatirkan-terseret-sengketa-laut-china-selatan/2428094.htm#menu
akses tanggal 24 Februari 2015
Sieff, Martin.2014.Indonesia Mengambil Sikap Lebih Keras dalam
hal Laut China Selatan. http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/online/features/2014/05/07/indonesia-china-online
akses tanggal 24 Februari 2015
Mohamad, Ardyan.2015.Tiga Tahun lagi Kapal Perang AS Berjaga di
Perbatasan RI. http://m.merdeka.com/dunia/tiga-tahun-lagi-kapal-perang-as-berjaga-di-perbatasan-ri.html
akses tanggal 24 Februari 2015
Anonim.2014.Pengertian Retorika Menurut Para Ahli.
diakses tanggal 26 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar