Kamis, 26 Februari 2015

Coastal Management : Sikap Keras Indonesia Menjaga Kepulauan Natuna dari Sengketa Laut China Selatan

Tentara Nasional Indonesia (TNI) mengambil sikap keras terhadap klaim teritorial Tiongkok atas Laut Tiongkok Selatan. Saat itu Indonesia yang diwakili oleh menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa berusaha menghindari keterlibatan negara dalam persengketaan tutorial antara China dan para tetangganya dalam hal kedaulatan atas terumbu karang dan pulau-pulau kecil diwilayah tersebut. Laut China Selatan menjadi titik utama persengketaan antara “China dan Taiwan”–ada beberapa negara yang mempunyai persoalan yang sama dengan China mengenai klaim Laut China Selatan yaitu Brunai, Malaysia, Filiphina, dan Vietnam.
Permasalahan dua klaim atas Laut China Selatan ini semakin memanas. Jika konflik China-Taiwan pecah atas Laut China Selatan akibat interpretasi “Nine-Dash Line” pada peta China, memberi klaim terhadap 90 persen wilayah perairan dari laut seluas 3,5 juta kilometer persegi atau sekitar 1,35 juta mil persegi. China menyertakan bagian-bagian pulau Natuna dalam “Nine-Dash Line” sedangkan Pulau Natuna termasuk bagian Provinsi Kepulauan Riau.
Pada permasalahan tersebut Indonesia mendukung kebijakan tanpa perang. Tindakan ini diwujudkan oleh TNI mendukung retorikanya.  Menurut Richard E. Young cs, Retorika adalah ilmu yang mengajarkan bagaimana kita menggarap masalah wicara-tutur kata secara heiristik, epistomologi untuk membina saling pengertian dan kerjasama. dengan peningkatan penugasan aparat militer diwilayah tersebut baik diudara maupun Laut China Selatan. Pada tanggal 12 Maret 2014, Laksamana Fahru Zaini seorang pejabat pertahanan senior Indonesia berkata bahwa China telah mengklaim perairan Natuna sebagai perairan teritorial mereka. Klaim arbitrasi ini berhubungan dengan persengketaan mengenai Kepulauan Spratly dan Paracel diantara China dan Filipina. Persengketaan ini akan berdampak besar terhadapa keamanan diperairan Natuna”. Namun pernyataan yang berbeda justru dikemukakan oleh Natalegawa. Beliau masih berpegang teguh pada kebijakan lamanya untuk bekerja sama dengan China dan berusaha menghindari konflik dengan Beijing.
Peningkatan penjagaan di wilayah Natuna dipicu karena Natuna merupakan pulau yang memiliki kekayaan laut yang luar biasa melimpah. Kakayaan lautnya sering dijarah oleh para nelayan asing berkapal pukat. Di bawah zona ekonomi eksklusifnya adalah lapangan gas Natuna Timur yang merupakan salah satu cadangan gas terbesar didunia yang tak terjamah serta setiap sengketa atas Natuna juga akan mengganggu keseimbangan stategis dan meremehkan Indonesia sebagai penengah dalam sengketa antara negara tetangga di Asia Tenggara.
Menteri Luar Negeri mengatakan bahwa tidak ada  masalah dengan China mengenai status Natuna. Pada April 2014, Panglima Jenderal Moeldoko menuduh China memasukkan bagian-bagian dari pulau Natuna pada “Nine-Dash Line”untuk mengklaim sekitar 90 persen dari laut China Selatan. Melihat adanya perbedaan persepsi antara pihak Kementrian Luar Negeri dan TNI mengenai persengketaan antara China dengan para negara tetangganya mengenai klaim Laut China Selatan yang melibatkan Natuna membuat publik semakin resah dan khawatir akan status Natuna yang merupakan bagian dari Provinsi Kepulauan Riau. Sebaiknya kedua belah pihak saling bersinergi dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Kedewasaan bangsa Indonesia dalam menghadapi permasalahan nasional dan internasional akan menambah kepercayaan negara lain untuk melibatkan Indonesia dalam menangani sengketa antara China dengan negara tetangganya. Sehingga Indonesia dapat memposisikan diri sebagai penengah (pihak netral) antara China dan para negara tetangganya (Taiwan, Brunai, Filipina, Malaysia, Vietnam) bukan sebagai negara yang mendukung maupun menentang hak teritorial China terhadap Laut China Selatan.
Kekhawatiran publik terhadap persengketaan ini tidak berhenti sampai disini karena empat unit kapal perang Amerika Serikat dengan kemampuan tempur dan manuver yang sangat tinggi rencananya akan beroperasi di daerah pesisir Asia Tenggara. Penempatan Armada ini dilakukan paling lambat tahun 2018. Hal ini disampaikan perwakilan militer AS yang berada diatas kapal USS Fort Worth untuk merespon China yang agresif menebar kekuatab tempur di Laut China Selatan dan semenanjung Korea. Kontingen pertama kapal tempur AS tiba pada Mei 2017. Tugas mereka adalah mengamankan wilayah pesisir Singapura. Artinya, ruang operasi kapal-kapal AS akan sangat dekat dengan wilayah Indonesia. Penempatan Armada kapal yang sangat dekat dengan wilayah Indonesia dapat mengganggu stabilitas negara Indonesia terutama dalam pejagaan wilayah perbatasan perairan.

Sumber:
Reuters.2014.Kepulauan natunaDikhawatirkan Terseret Sengketa Laut China Selatan. .http://m.voaindonesia.com/a/kepulauan-natuna-dikhawatirkan-terseret-sengketa-laut-china-selatan/2428094.htm#menu akses tanggal 24 Februari 2015
Sieff, Martin.2014.Indonesia Mengambil Sikap Lebih Keras dalam hal Laut China Selatan. http://apdforum.com/id/article/rmiap/articles/online/features/2014/05/07/indonesia-china-online akses tanggal 24 Februari 2015
Mohamad, Ardyan.2015.Tiga Tahun lagi Kapal Perang AS Berjaga di Perbatasan RI. http://m.merdeka.com/dunia/tiga-tahun-lagi-kapal-perang-as-berjaga-di-perbatasan-ri.html
akses tanggal 24 Februari 2015
Anonim.2014.Pengertian Retorika Menurut Para Ahli.

diakses tanggal 26 Februari 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar